Salah satu nasihat yang sering diucapkan banyak
orang ketika kita menghadapi masalah adalah, “follow yourheart,” ikuti
kata hatimu. Banyak orang yang percaya kalau suara hati itu selalu benar,
jujur, tidak pernah ngebohong. Maka selalu dengarkan kata hatimu. Tapi apa bener demikian?
Nanti
dulu. Sebetulnya tidak ada satupun manusia yang bisa menentukan satu perbuatan
itu benar atau salah. Seperti kalau kita ditanya; bohong itu baik atau
buruk sih? Pacaran itu sehat atau
nggak? Marah itu pantas atau tidak? Atau saat teman-teman kita menawarkan
segelas minuman keras atau bahkan narkoba, pilihan apa yang harus kita
lakukan ; mengikuti kata hati yang mengajak pada solidaritas pergaulan
atau menolak dengan resiko dicap ‘anak mami’ atau ‘sok alim’. Seringkali
hati kita bimbang dan kebingungan menghadapi berbagai pilihan. Tentu saja,
karena hati kita bukanlah ‘wasit’ yang selalu bisa memimpin sebuah pertandingan
dengan fair atau adil. Terkadang hati juga bisa terpeleset pada pilihan
yang salah.
Buat kita, lazimnya orang Indonesia, membuka aurat
– apalagi telanjang – di depan umum itu memalukan. Tapi sebagian orang di dunia
suka bertelanjang di muka umum; di pantai, di pemandian umum bersama orang
lain, atau para model yang difoto untuk sampul majalah, dsb. Bagi mereka hal
seperti itu sah saja. Hati mereka tidak merasa bersalah ataupun malu karena
menganggap hal itu adalah benar.
Kalau kamu suka membaca budaya berbagai bangsa di
dunia kita mungkin bisa terkejut. Ada suku yang tanda ucapan salam adalah
dengan saling meludah, ada juga yang terbiasa merayakan hari-hari kegembiraan
mereka dengan minum minuman keras, sementara ada suku lain yang kanibal,
memangsa sesama manusia. Bagi mereka, perbuatan-perbuatan itu adalah sebuah
kebenaran.
Maka, seandainya kita diminta menentukan sendiri
perbuatan baik dan buruk untuk diri kita, dijamin kita akan bingung sendiri.
Salah-salah manusia bisa hidup seperti hewan yang hidup tanpa aturan. Akhirnya,
manusia sendiri yang akan sengsara.
Itulah sebabnya agama kita, Islam, datang dengan
sejumlah aturan untuk kebaikan manusia. Nggak cuma menyuruh manusia menyembah
Allah, tapi juga hidup sesuai dengan aturanNya. Kenapa kita harus hidup dengan
aturan Allah? Karena Allah yang menciptakan kita, pastinya Ia juga yang Mahatahu
yang baik dan buruk bagi kita.
Misalnya – ini cuma permisalan --, kalau kamu
sakit, pastinya kamu datang ke dokter untuk berobat dan tidak akan pergi ke
bengkel las. Dan ketika dokter yang memeriksamu memberi saran untuk banyak
istirahat, menghindari makan makanan tertentu dan banyak minum vitamin, kamu
akan patuh. Kenapa? Karena kamu percaya dokter lebih tahu dari siapapun
mengenai masalah kesehatan – apalagi dibandingkan tukang las --.
Karena Allah yang menciptakan kita, sudah pada
tempatnya kita berjalan mengikuti apa yang diminta Allah. Dan nggak mungkin
juga Allah meminta kita melakukan atau melarang sesuatu bila tidak ada
kebaikannya buat kita. Ketika Allah meminta kita untuk menjauhi minuman keras,
itu pasti ada kebaikan yang Allah inginkan buat kita. Bisa kita buktikan
sekarang betapa miras itu merusak kesehatan dan juga menyebabkan orang berbuat
kejahatan. Atau drugs itu selain merusak badan, juga mendorong orang
berbuat kriminal dan menghancurkan masa depan seseorang.
Percaya saja, kalau kita coba-coba melanggar
aturan Allah maka manusia sendiri yang bakal sengsara. FirmanNya:
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Ar Rum [30]:41).
Sekarang orang panik dengan
penyebaran penyakit AIDS. Ini penyakit yang serius, yang tiap tiga menit satu
orang terinfeksi. Sepertiga dari pengidap virus HIV di
dunia ini adalah remaja. Sebabnya
adalah merebaknya gaya hidup bebas. Banyak di antara mereka ketika melakukan
perbuatan tercela itu berprinsip ‘ikuti kata hatimu’. Tawuran di kalangan
remaja juga tidak kunjung menurun, sebabnya mereka berbuat tanpa berpikir
masak-masak, mereka hanya mengikuti ‘apa kata hati’.
‘Apa kata hati’ tidak
menjamin kebenaran. Satu-satunya yang benar adalah apa yang ditentukan oleh
Allah. Walaupun hati kita tidak suka, misalkan shalat yang terkadang kita malas
mengerjakannya, belum mau berjilbab karena mungkin malu dan belum pede, masih
sulit meninggalkan pacaran, tetap saja itu semua adalah kebenaran. Hati kitalah
yang masih dikuasai oleh hawa nafsu, belum mau menerima kebenaran yang hakiki.
Pilihan yang benar itu tidak selalu pilihan
yang mungkin menyenangkan kita. Mungkin harus kita hadapi dengan berbagai macam
kesukaran. Dijauhi teman gara-gara menolak ajakan mereka ‘minum-minum’, disuruh
shalat atau diminta belajar serius oleh orang tua, mengerjakan PR padahal
teman-teman kita sedang jalan-jalan di mall, tidak berpacaran karena dilarang
oleh orang tua, adalah sebagian kebaikan yang mungkin suka kita tempatkan
sebagai ‘musuh’.
Lalu apa yang harus kita kerjakan ketika
menghadapi masalah? Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, ambil waktu untuk
berpikir dengan sehat; pikirkan perbuatan mana yang tidak membuat kita menjadi
berdosa. Tundukkan hati kita pada yang pilihan yang Allah mau. Dengan mengikuti
apa yang Allah ridloi pilihan kita pasti benar, di dunia juga di akhirat. Kata
Rasulullah saw.
“Belum
sempurna iman seseorang sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa,” (hadits hasan shahih tercantum
dalam Kitab Hadits Arba'in An Nawawi).
Sumber : Buku motivasi
No comments:
Post a Comment